Misteri Kematian Akseyna Ahad Dori

ceritamitosdunia.web.id Setelah dua tahun yang menjadi pilu bagi Sus Mardoto,ayah Akseyna Ahad Dori. Sebab,pria yang bertugas di TNI AU dengan pangkat kolonel itu kehilangan putera keduanya di Danau Kenanga Universitas Indonesia. Pada kesempatan kali ini kami akan memberikan beberapa artikel yang berkaitan tentang pembahasan mengenai Misteri Kematian Akseyna Ahad DoriMisteri Kematian Akseyna Ahad Dori. Berikut ini akan kami berikan beberapa ulasan dan pembahasan yang berkaitan mengenai Misteri Kematian Akseyna Ahad Dori

Jasad Akseyna terlihat mengambang di danau kampus, tempatnya menuntut ilmu. Menurut penelusuran Krishna Murti yang ketika itu masih menjabat sebagai Direktur Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya, mahasiswa program studi Biologi FMIPA itu sengaja ditenggelamkan oleh pelaku ketika dalam keadaan pingsan.Ketika jasadnya dievakuasi, polisi menemukan ada batu di dalam tas ransel berwarna hitam yang dibawanya. Selain itu, terdapat luka lebam pada kepala dan tubuh korban. Sepatu korban juga robek diduga akibat diseret.

Sehingga, jelas bahwa mahasiswa yang akrab disapa Ace itu dibunuh dan bukan bunuh diri. Jasad Ace dievakuasi oleh polisi pada tahun 2015. Kini setelah dua tahun berlalu, Mardoto belum putus harapan untuk mencari tahu siapa yang tega membunuh buah hatinya.Hingga kini Mardoto mengaku masih terus menjalin komunikasi dengan pihak kepolisian untuk mengetahui perkembangan kasus puteranya itu. Tetapi, dia merasa selama dua tahun terakhir tidak ada perkembangan yang cukup signifikan dari kasus kematian puteranya tersebut.“Yang kami rasakan secara manusiawi memang setiap orang akan menemui kematian. Saya ikhlas (kematiannya), biar dia di sana lapang. Yang kami permasalahkan kasusnya kok tidak terasa perkembangannya? Bukannya bukti-bukti petunjuk di awal sudah banyak ditemukan oleh kepolisian?” tanya Mardoto yang dihubungi pada Minggu, 26 Maret.

Dia mengaku menyayangkan sikap polisi yang sempat mengambil kesimpulan bahwa anaknya bunuh diri tanpa dilakukan penyelidikan lebih dulu. Mereka sempat memiliki dugaan demikian karena ditemukan surat wasiat yang diduga ditulis oleh Ace di kamar kostnya.Mardoto menduga ada beberapa hal yang membuat kasus ini sulit diungkap polisi. Salah satu yang menjadi catatannya adalah TKP Ace ditemukan tewas justru tidak dijaga secara steril. Begitu pula TKP di kamar kost di Wisma Widya yang berada di Kelurahan Kukusan, Beji, Depok.“TKP berantakan, baik di danau dan di kamar kost. Bahkan, di kamar kost sudah pernah dimasuki oleh rombongan yang mengaku teman anak saya. Ini menjadi seperti memburamkan penyidikan. Tentunya ini harus dibalas dengan penyidikan yang lebih kuat untuk membalas kesalahan awal,” kata Mardoto.Dia mengaku selama ini menyerahkan kasus tersebut sepenuhnya kepada polisi untuk diselidiki. Walaupun menurutnya, keluarga Ace mempunyai kemampuan untuk melakukan penyelidikan seorang diri.

Baca Juga : Rumah Kosong Horor Termewah

“Dari keluarga kami memang ada yang bisa menggunakan ilmu psikolog, karena ada memiliki gelar Master Psikologi, ibu Ace dosen dan saya (memiliki latar belakang) militer. Dalam hal ini kami menganalisis saja meskipun dalam beberapa hal,” kata dia.Mardoto mengaku pernah masuk ke kampus anaknya secara diam-diam. Tetapi, hal itu dilakukan dalam batas untuk kepentingan mencari barang bukti.Selain kecewa terhadap proses penyelidikan yang dilakukan polisi, Mardoto juga menyayangkan sikap Universitas Indonesia (UI) yang tertutup dan tak melihat kasus ini sebagai sebuah kasus yang perlu diungkap. Mardoto pernah melayangkan surat secara terbuka kepada pihak UI dengan tembusan kepada Komnas HAM dan Ombudsman. Isi surat itu meminta kepada UI agar dibentuk tim internal untuk menyelidiki kasus tersebut.“Tapi, pihak UI sepertinya tidak melihat kasus ini seperti kasus yang harus dibongkar dan mencari pelakunya. Pihak UI tidak mau membentuk tim,” katanya.

Kendati membentur tembok dan banyak tantangan yang harus dihadapi, tetapi dia mengaku tetap optimistis. Dia berharap kasus puteranya segera terungkap.”Sebesar apapun yang menutupi pasti ada titik celah yang terungkap. Dan memang waktu yang menjawab. Masih optimis berharap ada titik terang,” tutur dia.Keluarga diakui Mardoto memang masih dilanda kesedihan. Tapi, dia menyebut keluarganya perlahan-lahan sudah mulai bangkit dari keterpurukan akibat kasus kematian Ace. Jika mereka teringat Ace, keluarga memilih berziarah dan mendoakan mahasiswa berusia 18 tahun itu.Dia juga berharap bagi pelaku yang masih berkeliaran agar segera sadar dan menyerahkan diri. Menurutnya, jika memang perbuatanya tidak bisa dibalas oleh manusia, maka Tuhan yang akan membalasnya.“Saya harap pelaku sadar, karena apa yang telah dilakukannya akan ada balasan dari Tuhan. Kami berharap tetap diberi keadilan,” tutur Mardoto.